Saat masih kecil banyak orang tua memberikan beragam hobi untuk anaknya, tidak heran banyak orang yang memiliki banyak hobi. Namun tidak begitu dengan passion, satu kata yang kini begitu akrab dengan generasi milenial.
Banyak yang bilang mana mungkin bisa kerja sesuai passion, namun tidak begitu dengan Sarah Hendrike. Anak bungsu dari dua bersaudara ini sudah memiliki banyak hobi sejak kecil, namun tahu passionnya di bidang kecantikan.
"Semenjak SMP aku sudah bikin content make up dan mulai meria orang lain sejak SMA," ungkap perempuan yang lahir pada 1998 tersebut.
Hebatnya, bahkan di masa pandemi saat banyak orang tidak bisa produktif dan bingung harus melakukan apa, Sarah malah terus memantapkannya skillnya ke tahap yang lebih jauh, yaitu hairstylist.
Mengambil Jurusan Business Management di bangku kuliah, membuatnya makin mantap sebagai entrepreneur karena banyak ilmu yang bisa diaplikasikan dalam berusaha. Sarah sendiri selama dua tahun terakhir tengah membangun bisnis kecantikannya dengan memiliki salon bernama Hairlequin Salon yang berlokasi di Depok.
"Salonku berfokus pada rambut, nail art, dan make up. Bisnis ini sangat aku banget karena semenjak kecil aku sudah gemar mempercantik diri maupun mempercantik penampilan orang lain," jelas Sarah.
Sarah sendiri tidak menyangka kemampuannya ini bisa menjadi peluang bisnis. Dia pun menyadari kalau kemampuan otodidaknya tidak bisa diandalkan untuk bisnis. Dia harus bisa selalu memperbaiki diri, lebih profesional, dan terus berkembang dengan banyak cara. Oleh karena itu, Sarah tidak segan untuk terus belajar, ikut pelatihan, dan juga kursus dari akademi dengan sertifikasi nasional maupun internasional.
Apalagi kalau Sarah ingat bagaimana awal bisnisnya dia sangat berjuang kera karena proses panjang nan berliku. Sarah pun masih ingat bagaimana selama hampir dua bulan salonnya belum mendapatkan tamu resmi, karena hanya teman, saudara, dan kerabat yang memberi dukungan. Sarah juga sempat sangat frustasi mencari cara agar bisa membayar karyawan.
"Setidaknya tiga bulan pertama tuh berat banget, termasuk juga untuk mencari karyawan yang siapa sangka bukan main susahnya," kenang Sarah.
Bahkan di awal pembukaan salon, Sarah juga ingat bagaimana dirinya terlihat sangat kagok dan tidak profesional. Untungnya berjalan waktu dan adaptasi, Sarah dan tim mulai makin matang secara konsep dan job desc sehingga makin membaik dan profesional.
Sarah juga tidak memungkiri kalau trial and error adalah salah satu hal yang membuatnya bertumbuh sebagai pebisnis. Di awal bisnisnya, Sarah juga mengungkapkan kerap mendapatkan kritik yang kerap membuatnya down dan ingin berhenti dan mencoba hal lainnya. Untungnya bagi Sarah, kekuatan hobi adalah melakukan apa yang dirinya suka.
“Jadi Ketika merasa down atau masalah apapun jadi siap diterjang kalau ingat hal tersebut kita suka, sehingga tidak mudah menyerah dan tidak berasa kerja. Enjoy banget!,” kata Sarah.
Adapun bagi teman-teman yang masih bingung sampai sekarang, menurut Sarah belum telat untuk mencari tahu apa hobi kamu sambal membangun rasa percaya diri dan juga rencana secara terperinci. Menurutnya hobi dan kematangan rencana sangat penting. Selain itu Sarah juga mengingatkan agar membuat segala rencana secara rinci mulai dari keuangan hingga kelayakan bisnis agar memitigasi kesalahan dan hambatan yang mungkin terjadi.
“Mengikuti tren juga sangat penting dan tahu target pasar dari produk atau jasa yang ingin kita capai, sambal mempelajari media sosial, karena zaman sekarang ga boleh gaptek,” pesan Sarah.
Casualogue
#SantaiTapiBerisi